Selasa, 13 September 2011

Imam, Nabi dan Raja dalam ibadah umat Israel


Imam
Keimaman yang resmi berkembang diantara suku Lewi pada masa Musa. Penugasan imam-imam juga sangat dikhususkan pada ibadah umat Israel, karena mereka yang mewakili umat dihadapan YHVH Elohim. Para imam diangkat oleh Allah (Keluaran 28:1, Bilangan 3:10), ia harus bertindak atas nama manusia dalam hal-hal yang berhubungan dengan Allah. Sebagai contoh, ia harus mempersembahkan kurban dan persembahan karena dosa, memohon doa syafaat bagi umat yang diwakilinya, dan memberkati mereka (Ibrani 5:1 ; Imamat 9:22)

Nabi
Kita tahu bahwa nabi memberi nasehat kepada raja-raja (1 Raja 22), tetapi mereka juga bicara kepada umat itu di tempat-tempat ibadat. Sebenarnya ada "golongan nabi" yang resmi, sama seperti ada keimaman yang nyata. Amos memberi tahu hal ini ketika ia menyangkal bahwa ia termasuk golongan tersebut (Amos 7:14). Kedua kelompok mempunyai maksud dan fungsi yang berbeda. Misalnya, Alkitab tidak sering berbicara tentang para nabi dalam ibadat; Alkitab lebih sering bicara mengenai kecaman mereka terhadap kebiasaan-kebiasaan ibadah.

Raja
Raja juga memainkan peranan yang penting dalam ibadat Israel; ada yang mengatakan bahwa peranan raja adalah yang paling penting. Bila ia berinteraksi dengan Allah, seluruh bangsa akan merasa dampaknya (2 Samuel 21:1). Imam besar mengurapi raja untuk menandakan bahwa Allah telah memilih dia untuk tugasnya sebagai raja (lihat 1 Samuel 10:1). Sebagai wakil bangsa yang telah diurapi, raja harus mempersembahkan kurban (1 Raja 8; 2 Samuel 24:25). Ia mengumpulkan bahan untuk Bait Suci dan memerintahkan pembangunannya. Akhirnya, ia berkuasa untuk mempengaruhi segala sesuatu yang dilakukan Israel berhubungan dengan ibadah. Beberapa raja ada yang kemudian mencemarkan kegiatan-kegiatan di Bait Suci dengan upacara-upacara asing dan behala-berhala. Tetapi ada raja-raja lain memaksa untuk kembali kepada cara ibadah yang layak kepada TUHAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar