Senin, 19 September 2011

Sikap-Sikap Liturgis

Dalam perayaan Liturgi ada banyak sikap liturgis yang kita lakukan. Semua sikap liturgis itu mempunyai makna simbolis dan merupakan ungkapan iman. Sikap-sikap tersebut antara lain: Mencelupkan tangan ke Air Suci Air mengingatkan kita akan air baptis. Dengan tindakan ini, kita diingatkan untuk setia pada janji baptis yang pernah kita ucapkan Tanda salib Tanda salib mengingatkan iman kita akan Allah Tritunggal dan pengorbanan Kristus di kayu salib untuk menebus dosa-dosa umat manusia. Arah vertikal (dahi ke dada) mengingatkan cinta kita kepada Tuhan, dan arah horisontal (bahu kiri ke bahu kanan) mengingatkan kasih kita kepada sesama. Tanda salib juga melambangkan penyerahan seluruh diri kita, yakni: dahi (akal dan pikiran), dada (hati dan perasaan), dan pangkal lengan (karya kita) Berlutut Melambangkan sikap tunduk dan kerendahan hati kita dihadapan Tuhan yang mahasuci. Sikap berlutut yang kita lakukan sebagai tanda penghormatan kita kepada Yesus yang hadir dalam Tabernakel. Berjalan Merupakan gerak maju yang dalam liturgi melambangkan perjalanan umat Allah menuju tanah air surgawi. Berjalan yang baik ialah berjalan dengan kepala tegak dan pandangan lurus ke depan, sikap tangan terkatub di depan dada, bukan dibawah perut. Berdiri Merupakan ungkapan kesiapsediaan , penghormatan, dan perhatian pada kehadiran Tuhan. Berdiri yang baik itu tegak pada kedua kaki, dan bukan dengan bersandar pada salah satu kaki sementara kaki lainnya diluruskan. Duduk Merupakan ungkapan kesiapsediaan umat untuk mendengarkan Sabda Tuhan (Bacaan Kitab Suci dan Homili). Duduk juga menunjuk sikap tenang untuk menanti, mendengarkan, dan menghormati Tuhan atau petugas yang sedang berbicara. Duduk secara liturgis berarti duduk dengan kaki sejajar dan jangan pernah menumpangkan satu kaki di kaki kita lainnya. Menebah dada Dilakukan dua kali dalam perayaan ekaristi, yakni saat saya mengaku (confiteor) dan saat menjelang menyambut komuni (Tuhan saya tidak pantas... ). Sikap menebah dada mengungakapkan penyesalan, pengakuan dosa, dan rasa tidak pantas dihadapan Tuhan. Penumpangan Tangan
Melambangkan pencurahan Roh Kudus dan berkat, pengalihan tanggung jawab dan pelantikan seseorang ke dalam jabatan tertentu (Pentahbisan).

MISDINAR sang Pelayan Altar

Apakah Misdinar itu? Misdinar itu sama dengan kata dalam Bahasa Jerman Messdieneer yang berarti pelayan Misa Kudus. Dalam Bahasa Inggris biasa digunakan istilah altar servers atau para pelayan altar, atau boys and girls to service at the altar
. Jadi jelas bahwa Misdinar sebenarnya adalah seorang pelayan, yakni pelayan Misa Kudus atau pelayan Perayaan Ekaristi. Dalam prakteknya misdinar juga menjadi pelayan berbagai perayaan liturgi dan ibadat yang tidak selalu Misa Kudus. Sinonim untuk kata misdinar ialah putra-putri altar. Misdinar atau Putra-putri altar adalah anak-anak terpilih yang dapat melayani altar. Dalam simbolik liturgi Gereja, altar itu melambangkan Tuhan Yesus sendiri. Pada saat Misa Kudus berlangsung, Tuhan Yesus Kristus sendiri hadir secara istimewa di atas altar, dalam rupa roti dan anggur, yang nantinya kita terima dalam komuni suci (Tubuh dan Darah Kristus). Dengan kata lain, bila kita menjadi anggota putra-putri altar kita menjadi pelayan Tuhan Yesus Kristus. Siapa yang boleh menjadi Misdinar? Setiap anak boleh menjadi Misdinar, asalkan sudah dibaptis dan sudah pula menerima komuni pertama. Usia yang umum menjadi Misdinar ialah antara 9 atau 10 tahun hingga 17 atau 18 tahun (usia SMA). Namun itu bukanlah sebuah patokan, melainkan melihat situasi tertentu. Misdinar Putri Yang sering menjadi diskusi ialah keberadaan misdinar putri. Bolehkah misdinar putri? Jawabannya boleh. Tahun 2001, Tahta Suci menyampaikan pernyataan mengenai putri altar (Prot. 2451/00/L; tgl 27 Juli 2001). Intinya, setiap Uskup sebagai promotor liturgi Keuskupan memiliki wewenang untuk memberikan izin adanya misdinar putri atau putri altar. Semangat Pelayanan Misdinar Anggota Misdinar harus menyadari benar arti dan tanggung jawab tugas pelayanan misdinar. Jangan pernah berpikir bahwa menjadi misdinar berarti menjadi pembantu atau jongos atau babu, atau sejenisnya. Pelayanan dalam pengertian ajaran Gereja adalah orang yang melayani Tuhan dan umat-Nya, lebih seorang hamba Tuhan yang hidupnya diabdikan seluruhnya bagi sabda_nya dan karta-Nya di tengah umat-Nya. Jadi dengan menjadi misdinar kita adalah pelayan Tuhan yang hidupnya mesti sesuai dengan Sabda Tuhan dan sakramen-sakramen yang selalu kita rayakan. Itu berarti seorang misdinar harus rajin membaca Kitab Suci, mengikuti Perayaan Ekaristi (entah bertuga ataupun tidak), suka mengaku dosa dalam penerimaan Sakramen tobat, dan pada saatnya harus ikut menerima Sakramen Krisma. Secara lahiriah misdinar bertugas melayani Imam atau Pastor, tetapi sebenarnya yang kita layani adalah Tuhan Yesus Kristus yang sedang dihadirkan dalam Misa Kudus. Jadi jangan pernah berpikir untuk malas bertugas hanya karena pastornya galak dan suka marah-marah. Tetapi bersemangatlah melayani Tuhan Yesus Kristus yang hadir dalam setiap Perayaan Ekaristi.

Selasa, 13 September 2011

Imam, Nabi dan Raja dalam ibadah umat Israel


Imam
Keimaman yang resmi berkembang diantara suku Lewi pada masa Musa. Penugasan imam-imam juga sangat dikhususkan pada ibadah umat Israel, karena mereka yang mewakili umat dihadapan YHVH Elohim. Para imam diangkat oleh Allah (Keluaran 28:1, Bilangan 3:10), ia harus bertindak atas nama manusia dalam hal-hal yang berhubungan dengan Allah. Sebagai contoh, ia harus mempersembahkan kurban dan persembahan karena dosa, memohon doa syafaat bagi umat yang diwakilinya, dan memberkati mereka (Ibrani 5:1 ; Imamat 9:22)

Nabi
Kita tahu bahwa nabi memberi nasehat kepada raja-raja (1 Raja 22), tetapi mereka juga bicara kepada umat itu di tempat-tempat ibadat. Sebenarnya ada "golongan nabi" yang resmi, sama seperti ada keimaman yang nyata. Amos memberi tahu hal ini ketika ia menyangkal bahwa ia termasuk golongan tersebut (Amos 7:14). Kedua kelompok mempunyai maksud dan fungsi yang berbeda. Misalnya, Alkitab tidak sering berbicara tentang para nabi dalam ibadat; Alkitab lebih sering bicara mengenai kecaman mereka terhadap kebiasaan-kebiasaan ibadah.

Raja
Raja juga memainkan peranan yang penting dalam ibadat Israel; ada yang mengatakan bahwa peranan raja adalah yang paling penting. Bila ia berinteraksi dengan Allah, seluruh bangsa akan merasa dampaknya (2 Samuel 21:1). Imam besar mengurapi raja untuk menandakan bahwa Allah telah memilih dia untuk tugasnya sebagai raja (lihat 1 Samuel 10:1). Sebagai wakil bangsa yang telah diurapi, raja harus mempersembahkan kurban (1 Raja 8; 2 Samuel 24:25). Ia mengumpulkan bahan untuk Bait Suci dan memerintahkan pembangunannya. Akhirnya, ia berkuasa untuk mempengaruhi segala sesuatu yang dilakukan Israel berhubungan dengan ibadah. Beberapa raja ada yang kemudian mencemarkan kegiatan-kegiatan di Bait Suci dengan upacara-upacara asing dan behala-berhala. Tetapi ada raja-raja lain memaksa untuk kembali kepada cara ibadah yang layak kepada TUHAN.