Kamis, 24 November 2011
Dengan Air Penyakit Anda Sembuh
Senin, 19 September 2011
Sikap-Sikap Liturgis
MISDINAR sang Pelayan Altar
. Jadi jelas bahwa Misdinar sebenarnya adalah seorang pelayan, yakni pelayan Misa Kudus atau pelayan Perayaan Ekaristi. Dalam prakteknya misdinar juga menjadi pelayan berbagai perayaan liturgi dan ibadat yang tidak selalu Misa Kudus. Sinonim untuk kata misdinar ialah putra-putri altar. Misdinar atau Putra-putri altar adalah anak-anak terpilih yang dapat melayani altar. Dalam simbolik liturgi Gereja, altar itu melambangkan Tuhan Yesus sendiri. Pada saat Misa Kudus berlangsung, Tuhan Yesus Kristus sendiri hadir secara istimewa di atas altar, dalam rupa roti dan anggur, yang nantinya kita terima dalam komuni suci (Tubuh dan Darah Kristus). Dengan kata lain, bila kita menjadi anggota putra-putri altar kita menjadi pelayan Tuhan Yesus Kristus. Siapa yang boleh menjadi Misdinar? Setiap anak boleh menjadi Misdinar, asalkan sudah dibaptis dan sudah pula menerima komuni pertama. Usia yang umum menjadi Misdinar ialah antara 9 atau 10 tahun hingga 17 atau 18 tahun (usia SMA). Namun itu bukanlah sebuah patokan, melainkan melihat situasi tertentu. Misdinar Putri Yang sering menjadi diskusi ialah keberadaan misdinar putri. Bolehkah misdinar putri? Jawabannya boleh. Tahun 2001, Tahta Suci menyampaikan pernyataan mengenai putri altar (Prot. 2451/00/L; tgl 27 Juli 2001). Intinya, setiap Uskup sebagai promotor liturgi Keuskupan memiliki wewenang untuk memberikan izin adanya misdinar putri atau putri altar. Semangat Pelayanan Misdinar Anggota Misdinar harus menyadari benar arti dan tanggung jawab tugas pelayanan misdinar. Jangan pernah berpikir bahwa menjadi misdinar berarti menjadi pembantu atau jongos atau babu, atau sejenisnya. Pelayanan dalam pengertian ajaran Gereja adalah orang yang melayani Tuhan dan umat-Nya, lebih seorang hamba Tuhan yang hidupnya diabdikan seluruhnya bagi sabda_nya dan karta-Nya di tengah umat-Nya. Jadi dengan menjadi misdinar kita adalah pelayan Tuhan yang hidupnya mesti sesuai dengan Sabda Tuhan dan sakramen-sakramen yang selalu kita rayakan. Itu berarti seorang misdinar harus rajin membaca Kitab Suci, mengikuti Perayaan Ekaristi (entah bertuga ataupun tidak), suka mengaku dosa dalam penerimaan Sakramen tobat, dan pada saatnya harus ikut menerima Sakramen Krisma. Secara lahiriah misdinar bertugas melayani Imam atau Pastor, tetapi sebenarnya yang kita layani adalah Tuhan Yesus Kristus yang sedang dihadirkan dalam Misa Kudus. Jadi jangan pernah berpikir untuk malas bertugas hanya karena pastornya galak dan suka marah-marah. Tetapi bersemangatlah melayani Tuhan Yesus Kristus yang hadir dalam setiap Perayaan Ekaristi.
Selasa, 13 September 2011
Imam, Nabi dan Raja dalam ibadah umat Israel
Imam
Keimaman yang resmi berkembang diantara suku Lewi pada masa Musa. Penugasan imam-imam juga sangat dikhususkan pada ibadah umat Israel, karena mereka yang mewakili umat dihadapan YHVH Elohim. Para imam diangkat oleh Allah (Keluaran 28:1, Bilangan 3:10), ia harus bertindak atas nama manusia dalam hal-hal yang berhubungan dengan Allah. Sebagai contoh, ia harus mempersembahkan kurban dan persembahan karena dosa, memohon doa syafaat bagi umat yang diwakilinya, dan memberkati mereka (Ibrani 5:1 ; Imamat 9:22)
Nabi
Kita tahu bahwa nabi memberi nasehat kepada raja-raja (1 Raja 22), tetapi mereka juga bicara kepada umat itu di tempat-tempat ibadat. Sebenarnya ada "golongan nabi" yang resmi, sama seperti ada keimaman yang nyata. Amos memberi tahu hal ini ketika ia menyangkal bahwa ia termasuk golongan tersebut (Amos 7:14). Kedua kelompok mempunyai maksud dan fungsi yang berbeda. Misalnya, Alkitab tidak sering berbicara tentang para nabi dalam ibadat; Alkitab lebih sering bicara mengenai kecaman mereka terhadap kebiasaan-kebiasaan ibadah.
Raja
Raja juga memainkan peranan yang penting dalam ibadat Israel; ada yang mengatakan bahwa peranan raja adalah yang paling penting. Bila ia berinteraksi dengan Allah, seluruh bangsa akan merasa dampaknya (2 Samuel 21:1). Imam besar mengurapi raja untuk menandakan bahwa Allah telah memilih dia untuk tugasnya sebagai raja (lihat 1 Samuel 10:1). Sebagai wakil bangsa yang telah diurapi, raja harus mempersembahkan kurban (1 Raja 8; 2 Samuel 24:25). Ia mengumpulkan bahan untuk Bait Suci dan memerintahkan pembangunannya. Akhirnya, ia berkuasa untuk mempengaruhi segala sesuatu yang dilakukan Israel berhubungan dengan ibadah. Beberapa raja ada yang kemudian mencemarkan kegiatan-kegiatan di Bait Suci dengan upacara-upacara asing dan behala-berhala. Tetapi ada raja-raja lain memaksa untuk kembali kepada cara ibadah yang layak kepada TUHAN.
Kamis, 11 Agustus 2011
Ekaristi Melibatkan Seluruh Pancaindera
Paijo : Doel... kata temen kampusku ekaristi kita itu monoton ya.....
Doel : E..e.. emang agama temenmu itu pasti bukan Katolik ya....
Paijo : Memang bukan.... Dia hanya agama KTP....
Doel : Sama orang yang punya agama KTP aja kok kamu percaya....
Paijo : Habis kata-katanya itu lho..... sangat antusias....
Doel : Jangan mudah termakan kata-kata..... seharusnya kita itu bangga dengan Ekaristi yang merupakan warisan dari Yesus sendiri.
Paijo : O......oooooo
Doel : Kamu sadar tidak bahwa liturgi kita, khususnya perayaan ekaristi itu melibatkan seluruh pancaindera kita.
Paijo : Seluruh pancaindera? Yang bener kamu Doel? Masak sih?
Doel : Liturgi kita itu tidak hanya duduk-duduk mendengarkan sabda Tuhan dan bernyanyi-mengagungkan nama Tuhan saja, tetapi melibatkan seluruh diri kita.
Paijo : Aku kok makin penasaran saja sih Doel?????
Doel : Kalau kamu penasaran, mari kita ulas pancaindera kita.
Paijo : Oke….. Siap…..
Doel : Pertama indera peraba.
Paijo : Ya indera peraba kita adalah tangan
Doel : Tangan kita diajak menyentuh air suci saat tiba di pintu gereja, lalu kita membuat tanda salib, berjabat tangan saat salam damai, menerima hosti kudus.
Paijo : Iya..ya… semuanya kita lakukan dengan tangan kita.
Doel : Tidak hanya itu.
Paijo : Apa lagi????
Doel : Seluruh tubuh kita juga diajak bertata gerak secara berbeda-beda, contohnya berarak sewaktu minggu palma, berjakan menyambut komuni, duduk mendengarkan sabda Tuhan, berlutut, serta mencium salib saat Jumat Agung. Yang semuanya memiliki arti sendiri-sendiri.
Paijo : Iya..ya Doel…. Benar sekali
Doel : Yang kedua adalah indera pendengaran
Paijo : Kalau indera pendengaran jelas, aku tahu itu….
Doel : Apa coba….
Paijo : Bukankah saat perayaan ekaristi kita mendengarkan bacaan yang dibacakan oleh Lektor ataupun imam… iya kan?
Doel : Memang benar, tapi kita juga mendengarkan dialog yang dilakukan antara imam dan umat, kidung mazmur, suara koor yang mengiringi ekaristi, bunyi instrument yang kadang-kadang dimainkan organis, dan juga suara lonceng dan gong yang dibunyikan oleh Misdinar.
Paijo : Benar juga ya….
Doel : Dan yang ketiga adalah indera penglihatan.
Paijo : Mata….
Doel : Kira-kira mata kita terlibat apa saat ekaristi.
Paijo : Apa ya?
Doel : Mata kita dimanjakan untuk menangkap objek yang berbeda-beda, sesuai dengan misteri iman yang kita rayakan.
Paijo : Maksudnya????
Doel : Saat ekaristi kita menyaksikan warna liturgi yang berbeda-beda dan tidak monoton.
Paijo : Benar juga ya… kadang-kadang imam menggunakan kasula warna merah, kuning, hijau, ungu, hitam.
Doel : Tidak hanya warna liturgi yang berbeda, tetapi sadar tidak kamu bahwa hiasan altar juga selalu berganti-ganti setiap minggunya.
Paijo : Iya… ya… bunga-bunga di altar kan selalu berganti-ganti.
Doel : Ada lagi
Paijo : Apa itu?
Doel : Diwaktu-waktu khusus kita juga akan melihat Korono Adven (Masa Adven), Gua Natal (Masa Natal), Patung yang dibalut kain ungu (Masa Prapaskah), Lilin Paskah (Masa Paskah), Patung Maria (Mei dan Oktober), Patung Hati Kudus Yesus (Juni).
Paijo : O… iya….
Doel : Keempat adalah indera penciuman .
Paijo : Hidung.
Doel : Hidung kita dipakai untuk menangkap bau dupa yang merupakan kurban harum-haruman bagi Tuhan. Dupa biasanya dipakai saat perayaan ekaristi meriah untuk mendupai altar, Injil, persembahan, imam dan umat, serta Tubuh dan Darah Kristus sewaktu konsekrasi.
Paijo : Iya… benar juga ya…. Dan yang terakhir adalah indera pengecap.
Doel : Indera pengecap atau perasa kita adalah lidah.
Paijo : O… aku tahu Doel!!!!
Doel : Coba sebutkan….
Paijo : Lidah akan terlibat saat menyantap Tubuh dan Darah Kristus saat penerimaan komuni suci……
Doel : Benar sekali, tetapi masih ada fungsi lidah kita…
Paijo : Apa itu???
Doel : Dengan Lidah, kita berdoa dan memuji nama Tuhan….
Paijo : O… iya….. Sungguh luar biasa ya liturgi kita.
Doel : Makanya kita harusnya bangga dengan kekayaan liturgi yang kita miliki.
Paijo : Oke deh………