Kata cinta mungkin sering kita ucapkan dan mungkin juga sering kita dengar. Namun demikian masih banyak pula orang yang tidak tahu secara benar arti kata cinta. Kata cinta sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta yang bermakna luas dan sukar untuk dirumuskan dengan jelas.
Dalam Bahasa Inggris kata love dapat berarti rasa tertarik atau rasa sayang terhadap orang yang membangkitkan minat, keterikatan yang hangat (seperti kasih seorang orang tua terhadap anaknya), rasa tertarik karena nafsu seks, skor ’kosong’ dalam pertandingan tenis, dan sebagainya.
Perbendaharaan kata Bahasa Yunani melukiskan arti cinta secara lebih terperinci. Bahasa Yunani membaginya menjadi 4 (empat) yaitu: stergo, eros, phileo, dan agape.
· Stergo
memiliki arti merasa tertarik secara spontan atau mau melindungi, seperti rasa tangggung jawab terhadap kesejahteraan seseorang. Cinta seperti ini tergambar jelas sebagai kasih sayang antar anggota keluarga.
· Eros
memiliki arti daya tarik jasmani atau seksual, yang ditimbulkan secara emosional; cinta jenis ini mudah berubah menjadi egois (mementingkan diri sendiri), kecuali jika berkaitan dengan cinta jenis lainnya.
· Phileo
memiliki arti menyayangi secara murni, yang berdasar pada hubungan saling melengkapi dan saling mengisi antara dua orang sahabat yang baik.
· Agape
merupakan bentuk cinta tanpa syarat yang berasal dari Tuhan; kasih yang berani berkorban, bahkan mengorbankan diri seutuhnya tanpa mengharapkan balasan; mencurahkan seluruh hati dan jiwa kepada orang yang dikasihi.
Dalam bahasa keagamaan Kristiani, Yesus pernah mengatakan, bahwa cinta manusia harus semakin menyerupai cinta Bapamu di surga yang menerbitkan matahari bagi orang jahat dan bagi orang baik dan menurunkan hujan bagi orang benar dan orang jahat (Matius 5:45). Jadi cinta yang dimaksudkan Yesus tidak hanya merupakan reaksi atas kebaikan orang lain, tidak membatasi diri, dan bukan hanya perasaan yang pasang surut.
Cinta adalah kenyataan Ilahi, dan hanya karena cinta maka lahir suatu kepercayaan: ”Orang akan tahu, bahwa kamu adalah muridKu, jikalau kamu saling mengasihi” (Yohanes 13:34). Kalau orang beriman tidak mencinta, maka kesaksian iman mereka sebenarnya mandul (tidak menyebar luas), sebab hukum utama kita adalah kasih, seperti ada tertulis: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini (Markus 12:30-31).
Cinta Kasih kepada Allah
Sikap dasar Tuhan kepada manusia adalah cinta, karena cinta kepada kehidupan Allah menciptakan manusia, karena cinta kepada manusia Allah rela mengutus puteraNya ke dunia untuk menebus dosa manusia. Maka sudah sepantasnya kita membalas cinta Allah melebihi segala-galanya.
Cinta akan Allah bukanlah suatu perasaan dan emosi, bukan pula suatu kepatuhan dan ketaatan belaka. Cinta kasih kepada Tuhanb adalah kebajikan termulia, baik dipandang dari segi pengalamannya maupun dari segi buahnya. Santo Thomas Aquinas pernah menerangkan, ”Pada pokoknya kesempurnaan Kristiani adalah cinta kasih, pertama dan utama cinta kepada Tuhan, kemudian kepada sesama.”
Kamu harus mengasihi Yahwe, TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu (Ulangan 6:5) merupakan ajaran Perjanjian Lama yang menjadi pusat hukum baru yang dibawakan oleh Kristus. Kristus menyabutnya sebagai hukum terbesar (bdk. Markus 12:29-31) dan menunjukkan sikap pelaksanaannya: Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia (Yohanes 14:23).
Cinta Kasih kepada sesama
Cinta akan sesama merupakan tuntutan dan konsekuensi cinta Allah pada kita, maka kita harus saling mengasihi (1 Yoh 4:11). Sebab mencintai Allah dan sesama manusia adalah dua segi yang tidak dapat dipisahkan, kesatuan kedua segi tersebut direalisasikan dalam mencintai sesama manusia, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Matius 25:45).
Jadi cinta akan sesama adalah kelangsungan cinta akan Kristus sendiri (Yohanes 13:34-35) dan segi yang tampak dari cinta kasih kita akan Allah tertuang dalam surat Pertama Rasul Yohanes ”Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya. Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia. Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” (1 Yohanes 4:7-16).
Dengan mencinta sesama manusia diakui dan ditolong, karena nilai yang ada pada dirinya, supaya ia semakin berkembang dan menjadi lebih bernilai lagi. Cinta kasih yang diperintahkan adalah kebaikan nyata yang diungkapkan sebagai rasa keadilan dan solidaritas yang dilaksanakan sehari-hari dalam bentuk perbuatan amal demi keadilan sosial.
Cintailah Musuhmu
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Matius 5:44). Ayat ini oleh Yesus dimaksudkan agar kita semakin serupa dengan bapaNya yang tidak hanya mengasihi para sahabatnya saja melainkan juga orang yang memusuhinya. Sanggupkah kita? Anda yang bisa menjawabnya. (*IT)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar