Rabu, 12 September 2012

Gara-gara Anting


Hari minggu sore (9/9-2012) saya bermaksud mengajak anak saya untuk potong rambut. Anak saya yang baru bangun dari tidur siang mengiyakan saja. Maka kamipun segera berangkat biar tidak kesorean mengngat jam sudah menunjukkan pukul 16.00 wib.

Kami menuju tukang potong rambut yang biasa kami kunjungi, ternyata antrinya banyak sekali. Lalu kami menuju ke tempat yang tidak jauh dari langganan kami dan ternyata cukup banyak juga yang sedang mengantri untuk potong rambut.

Akhirnya saya berputar-putar untuk mencari tukang potong yang tidak begitu ramai, tetapi hampir semua tukang potong rupa-rupanya sedang memiliki banyak penggemar sehingga kami pun bermaksud kembali ke tukang potong yang pertama, siapa tahu sudah berkurang antreannya.

Begitu sampai ke tempat tukang potong yang pertama, bukannya bertambah sepi malah bertambah ramai. Hari yang semakin sore membuat saya kembali mencari tempat yang sepi agar tidak terlalu sore kami pulang ke rumah.

Sampailah kami di tempat tukang potong yang tidak begitu ramai, kami hanya mengantre satu orang. Begitu si tukang potong akan menyelesaikan pekerjaannya yang terakhir sebelum anak saya, anak saya merengek tidak mau di potong rambut di tempat ini. Saya menjadi tidak enak dan juga malu, tetapi karena anak saya merengek tetap tidak mau, akhirnya kami pun pulang dengan segala rencana yang tidak terlaksana.

Di jalan saya bertanya kepada anak saya, "Kenapa kok tidak mau dipotong di tempat tadi?" Jawab anak saya yang berumur 3 tahun lebih itu, "Mas nya pakai anting????" Mendengar jawaban itu saya hanya diam dan kemudian hanya bisa merenung, "O.... gara-gara anting-anting to?????"

Memang anak saya sudah dapat membedakan bahwa yang memakai anting-anting itu orang perempuan, dan anak laki-laki tidak memakainnya. Dalam benak anak saya mungkin merasa asing, "kenapa ada laki-laki kok memakai anting-anting." (*)