Kamis, 11 Agustus 2011

Ekaristi Melibatkan Seluruh Pancaindera


Paijo : Doel... kata temen kampusku ekaristi kita itu monoton ya.....

Doel : E..e.. emang agama temenmu itu pasti bukan Katolik ya....

Paijo : Memang bukan.... Dia hanya agama KTP....

Doel : Sama orang yang punya agama KTP aja kok kamu percaya....

Paijo : Habis kata-katanya itu lho..... sangat antusias....

Doel : Jangan mudah termakan kata-kata..... seharusnya kita itu bangga dengan Ekaristi yang merupakan warisan dari Yesus sendiri.

Paijo : O......oooooo

Doel : Kamu sadar tidak bahwa liturgi kita, khususnya perayaan ekaristi itu melibatkan seluruh pancaindera kita.

Paijo : Seluruh pancaindera? Yang bener kamu Doel? Masak sih?

Doel : Liturgi kita itu tidak hanya duduk-duduk mendengarkan sabda Tuhan dan bernyanyi-mengagungkan nama Tuhan saja, tetapi melibatkan seluruh diri kita.

Paijo : Aku kok makin penasaran saja sih Doel?????

Doel : Kalau kamu penasaran, mari kita ulas pancaindera kita.

Paijo : Oke….. Siap…..

Doel : Pertama indera peraba.

Paijo : Ya indera peraba kita adalah tangan

Doel : Tangan kita diajak menyentuh air suci saat tiba di pintu gereja, lalu kita membuat tanda salib, berjabat tangan saat salam damai, menerima hosti kudus.

Paijo : Iya..ya… semuanya kita lakukan dengan tangan kita.

Doel : Tidak hanya itu.

Paijo : Apa lagi????

Doel : Seluruh tubuh kita juga diajak bertata gerak secara berbeda-beda, contohnya berarak sewaktu minggu palma, berjakan menyambut komuni, duduk mendengarkan sabda Tuhan, berlutut, serta mencium salib saat Jumat Agung. Yang semuanya memiliki arti sendiri-sendiri.

Paijo : Iya..ya Doel…. Benar sekali

Doel : Yang kedua adalah indera pendengaran

Paijo : Kalau indera pendengaran jelas, aku tahu itu….

Doel : Apa coba….

Paijo : Bukankah saat perayaan ekaristi kita mendengarkan bacaan yang dibacakan oleh Lektor ataupun imam… iya kan?

Doel : Memang benar, tapi kita juga mendengarkan dialog yang dilakukan antara imam dan umat, kidung mazmur, suara koor yang mengiringi ekaristi, bunyi instrument yang kadang-kadang dimainkan organis, dan juga suara lonceng dan gong yang dibunyikan oleh Misdinar.

Paijo : Benar juga ya….

Doel : Dan yang ketiga adalah indera penglihatan.

Paijo : Mata….

Doel : Kira-kira mata kita terlibat apa saat ekaristi.

Paijo : Apa ya?

Doel : Mata kita dimanjakan untuk menangkap objek yang berbeda-beda, sesuai dengan misteri iman yang kita rayakan.

Paijo : Maksudnya????

Doel : Saat ekaristi kita menyaksikan warna liturgi yang berbeda-beda dan tidak monoton.

Paijo : Benar juga ya… kadang-kadang imam menggunakan kasula warna merah, kuning, hijau, ungu, hitam.

Doel : Tidak hanya warna liturgi yang berbeda, tetapi sadar tidak kamu bahwa hiasan altar juga selalu berganti-ganti setiap minggunya.

Paijo : Iya… ya… bunga-bunga di altar kan selalu berganti-ganti.

Doel : Ada lagi

Paijo : Apa itu?

Doel : Diwaktu-waktu khusus kita juga akan melihat Korono Adven (Masa Adven), Gua Natal (Masa Natal), Patung yang dibalut kain ungu (Masa Prapaskah), Lilin Paskah (Masa Paskah), Patung Maria (Mei dan Oktober), Patung Hati Kudus Yesus (Juni).

Paijo : O… iya….

Doel : Keempat adalah indera penciuman .

Paijo : Hidung.

Doel : Hidung kita dipakai untuk menangkap bau dupa yang merupakan kurban harum-haruman bagi Tuhan. Dupa biasanya dipakai saat perayaan ekaristi meriah untuk mendupai altar, Injil, persembahan, imam dan umat, serta Tubuh dan Darah Kristus sewaktu konsekrasi.

Paijo : Iya… benar juga ya…. Dan yang terakhir adalah indera pengecap.

Doel : Indera pengecap atau perasa kita adalah lidah.

Paijo : O… aku tahu Doel!!!!

Doel : Coba sebutkan….

Paijo : Lidah akan terlibat saat menyantap Tubuh dan Darah Kristus saat penerimaan komuni suci……

Doel : Benar sekali, tetapi masih ada fungsi lidah kita…

Paijo : Apa itu???

Doel : Dengan Lidah, kita berdoa dan memuji nama Tuhan….

Paijo : O… iya….. Sungguh luar biasa ya liturgi kita.

Doel : Makanya kita harusnya bangga dengan kekayaan liturgi yang kita miliki.

Paijo : Oke deh………